Inilah 5 Eksperimen Terburuk yang Pernah Ada – Saat ini sudah semakin banyak orang yang melakukan sebuah perubahan yang biasa di lakukan kepada sesuatu. Alih-alih kesuksesan dan popularitas, atas nama kemanusiaan juga, eksperimen tersebut dipandang sebagai sebuah kejahatan yang menjijikkan. Lagipula, mayoritas eksperimen tersebut berakhir dalam kegagalan atau tidak berpengaruh signifikan pada peradaban manusia.
Eksperimen Milgram
Pada 1961, profesor jurusan psikologi sosial Yale University, Stanley Milgram, memulai sebuah experimental tak masuk akal ini. Terinspirasi oleh salah satu perwira Nazi dan penggagas kamp konsentrasi, Adolf Eichmann, Milgram ingin mencari tahu apakah seseorang akan melakukan hal yang bertentangan dengan hati nurani mereka jika diperintah oleh seseorang yang lebih tinggi posisinya.
Little Albert
Melakukan eksperimen pada anak-anak tidak pernah dibenarkan walaupun atas dasar kemanusiaan. Hal ini terjadi pada eksperimen “Little Albert” pada 1920. Seorang psikologis bernama John B. Watson dari Johns Hopkins University tanpa merasa bersalah melakukan percobaan kepada seorang bayi yang masih lugu. John ingin mencari tahu apakah ketakutan seorang bayi pada sesuatu yang normal dapat dikaitkan dengan trauma masa kecil. Jadi, John melibatkan seorang bayi berumur delapan bulan bernama Albert. Kemudian ia memaparkan Albert pada sejumlah objek seperti monyet, kelinci, anjing, dan tikus kecil yang lucu. Albert tentu saja tidak merasa takut pada hewan-hewan tersebut.
Eksperimen Penjara Stanford
Pada Agustus 1971, profesor psikologi asal Stanford University, Philip Zimbardo, memutuskan untuk menguji teori bahwa konflik dan perlakuan tidak menyenangkan antara sipir penjara dan narapidana sejatinya berasal dari kepribadian masing-masing.
Zimbardo dan timnya mendirikan “penjara” di gedung psikologi Stanford dan melibatkan 24 sukarelawan yang berperan sebagai “narapidana” atau “sipir”. Lalu, mereka diberikan pakaian sesuai dengan peran mereka. Sementara, Zimbardo berperan sebagai “inspektur pengawas”. Ketika Zimbardo mendorong para sipir menciptakan “sensasi ketidakberdayaan” di antara para narapidana bohongan, hal-hal menjadi tidak terkendali. Sekitar empat sipir menunjukkan perilaku sadis.
Terapi homoseksual
“Homoseksualitas adalah penyakit yang dapat disembuhkan” Sedari dulu, terapi aversi untuk “menyembuhkan” homoseksualitas adalah salah satu subyek penelitian yang paling terkenal di beberapa universtias. Faktanya, di Inggris, sebelum 1967, homoseksualitas adalah kejahatan; siapapun yang kedapatan mengidap homoseksualitas dapat diganjar kurungan badan hingga 10 tahun. Sesuai namanya, terapi aversi menghubungkan perilaku yang tidak dikehendaki dengan situasi yang tidak menyenangkan. Setiap kali perilaku yang tidak dikehendaki itu muncul, situasi yang tak menyenangkan digunakan sebagai kontrol perilaku. Diharapkan, dengan begitu, subyek dapat “sembuh”.
Percobaan narkoba pada kera
Pada 1969, tiga peneliti dari University of Michigan Medical School, G. A. Deneau, T. Yanagita, dan M. H. Seevers, melanggar etika saat eksperimen mereka melibatkan kera dalam meneliti aspek psikologis pada ketergantungan narkoba. Ketiga peneliti dengan sembarangan menyuntikkan kera-kera tersebut dengan berbagai zat terlarang seperti kokain, amfetamin, morfin, dan alkohol. Hal ini bertujuan untuk melihat akankah kera-kera tersebut ketagihan pada psikoaktif dan zat berbahaya lainnya.